
Bagaimana rasanya jika orangtua yang menyayangidan telah mengorbankan berbagai hal untuk melihat anaknya tumbuh dengan baik,tiba-tiba hilang dari kehidupan sang anak? Siapkah kita sebagai anak, melewatihari-hari tanpa ‘omelan’ dan nasehatnya yang menenangkan? Sebuah perjalananpenuh emosional tentang perasaan kehilangan itu hadir dalam film terbaruSinemaku Pictures dari produser dan sutradara Umay Shahab, “Perayaan MatiRasa”.“Perayaan Mati Rasa” mengikuti kisah IAN Antono (Iqbaal Ramadhan). Sebagaiseorang anak pertama, IAN berjuang meraih mimpinya bersama para sahabatnyadan berusaha keras memenuhi semua ekspektasi yang ia bangun hinggamembuatnya jauh dari keluarga. Namun, ketika sebuah peristiwa besar membuatIan kehilangan orangtuanya secara tiba-tiba, Ian berusaha selalu kuat dan mengubursemua perasaannya hingga ia mati rasa.Dibintangi Iqbaal Ramadhan, Umay Shahab, Dwi Sasono, Unique Priscilla, DevanoDanendra, Randy Danistha, Abdul Qodir Jaelani, Priscilla Jamail, Tj Ruth, LukmanSardi, Vonny Anggraini, Donny Alamsyah, Sadha Triyudha, serta penampilan spesialdari Iga Massardi dan Romantic Echoes, “Perayaan Mati Rasa” mengajak penontonuntuk berefleksi dari kisah keluarga Antono yang mengalami krisis emosional ketikakehidupan mereka diguncang kehilangan yang begitu menyayat.Ian (Iqbaal Ramadhan) dan Uta (Umay Shahab), adalah kakak-beradik yang punyajalur nasib berbeda. Ian, masih merintis karier musiknya bersama grup band indiebernama Midnight Serenade yang dibentuknya bersama Ray Alvero (DevanoDanendra), Saka Wijaya (Dul Jaelani), Dika Ardana (Randy Danistha). MidnightSerenade terus menjajal dari satu panggung ke panggung audisi lain, untuk bisa tembus label dan karya-karya musik mereka didengarkan banyak orang. SementaraUta, adalah podcaster idola banyak anak muda dengan ketenaran di media sosialhingga dianugerahi sebuah penghargaan berkat konten podcast-nya.Dua kutub tersebut semakin menjauh. Ian merasa ia harus mengejar mimpinya ditengah tekanan dan ekspektasi keluarga. Sementara Uta, adalah seperti ‘anak emas’bagi kedua orangtuanya, Satya Antono (Dwi Sasono) dan Dini Antono (UniquePriscilla). Keduanya, baru bisa mencair ketika sebuah kehilangan besar datang.Menjadi badai yang mengubah jalan hidup dan harus membuat skenariokebohongan yang semakin memperparah situasi krisis keluarga.


Di film ketiganya, Umay Shahab semakin menunjukkan kepiawaiannya dalambertutur lewat medium film. Menempatkan lapisan-lapisan emosi yang subtil sekaligus menghadirkan ansambel yang menghidupkan jalan ceritanya. Bertindak sebagai produser, sutradara, sekaligus pemeran di film, membuat “Perayaan MatiRasa” sebagai karya yang semakin menunjukkan personalitas Umay sebagai sineasyang jujur dalam bercerita.“Melalui film “Peray
aan Mati Rasa” saya ingin bercerita lebih jujur. Cerita ini datang dari perasaan takut saya terhadap kehilangan orangtua. Melalui karakter Ian danUta, kita akan melihat bagaimana perasaan kehilangan tersebut dari sudut pandanganak, dari kakak-beradik, yang menghadapi konflik internal mereka, dan bagaimanakeduanya melewatinya menjadi sebuah proses yang tidak mudah, namun ada upayauntuk saling menguatkan, ketika mereka sebagai saudara hanya memiliki satu samalain,” kata produser, sutradara dan pemeran “Perayaan Mati Rasa” UmayShahab.Iqbaal Ramadhan, yang memerankan Ian menambahkan, melalui perannya di film“Perayaan Mati Rasa” dirinya juga dituntut untuk lebih memperkaya keaktorannyadengan menyampaikan lapisan emosi yang lebih subtil namun terasa meyakinkandan penonton bersimpati dengan karakternya.“Ian Antono adalah karakter yang menurutku memberikan pelajaran penting dalamperjalananku sebagai aktor. Ada kedewasaan dalam menyampaikan emosi-emosiyang sebenarnya sangat manusiawi, tetapi bagaimana kemudian mengolahnyamenjadi karakter yang meyakinkan. Sehingga penonton juga dapat menemukanresonansinya terhadap apa yang dilalui Ian,” kata pemeran dan produsereksekutif “Perayaan Mati Rasa” Iqbaal Ramadhan.Film “Perayaan Mati Rasa” juga memberikan pendekatan yang kini jarang ditemui diperfilman Indonesia, ketika menghadirkan sebuah band Midnight Serenade, yangjuga menciptakan karya-karya lagu yang bukan hanya dibawakan di dalam film,tetapi juga dapat dinikmati di dunia nyata. Midnight Serenade, dengan lagu “Laut”yang juga menjadi OST film ini, juga hadir di panggung-panggung live show,termasuk salah satunya ketika tampil saat Sinemaku Day 2025 x Festival Perayaan Mati Rasa. Ini menjadi penyegaran perfilman Indonesia, ketika di dalam ceritanyaada sebuah band, yang kemudian dihidupkan dan digarap secara serius denganmerilis beberapa single hingga EP, alih-alih sekadar tempelan untuk kebutuhanartistik film. Iqbaal, bersama Devano, Randy, dan Dul Jaelani bersama-samamenciptakan musik yang menjadi bagian dari cerita dan filmnya.Produser eksekutif “Perayaan Mati Rasa” dan CMO Sinemaku Pictures PrillyLatuconsina mengutarakan rumah produksinya selalu terus bertumbuh danberevolusi dengan menghadirkan bentuk-bentuk karya yang inovatif. Termasuksalah satunya “Perayaan Mati Rasa.”
“Film “Perayaan Mati Rasa” akan membuka perjalanan panjang Sinemaku Picturespada tahun 2025. Tahun ini menjadi titik penting bagi kami untuk terus evolvingdan merespons isu-isu yang relevan di masyarakat, bukan hanya anak muda tapi dariseluruh kalangan usia. Di film ini, selain menghadirkan konflik yang dialami anakmuda tentang pencarian validasi di dalam keluarga, mengejar mimpi, tetapi jugadisampaikan tentang bagaimana pengasuhan orangtua juga menjadi penting untukmembimbing anak-anak mereka agar memiliki value yang baik. Kita juga bisa belajardari apa yang dialami oleh pasangan suami-istri Satya dan Dini Antono,” tutupproduser eksekutif “Perayaan Mati Rasa” dan CMO Sinemaku PicturesPrilly Latuconsina.Mari merayakan “Perayaan Mati Rasa” bersama Ian dan Uta Antono bersamalagu-lagu dari Midnight Serenade mulai 29 Januari 2025 di seluruh bioskopIndonesia. Ikuti terus perkembangan informasi film persembahan SinemakuPictures “Perayaan Mati Rasa” di akun Instagram resmi @sinemaku_pictures